Langsung ke konten utama

LIMA ATURAN POE, CERPEN CELANA YANG KETAT

 Diposkan oleh NAJIB FACHRUDDIN THOHA


Jika anda kepingin menulis cerpen, baik juga belajar pada Edgar Allan Poe. Ia membuat lima aturan mengenai cerpen, yang sampai sekarang pun masih dianggap berlaku.


1. Cerpen harus pendek
    Artinya, cukup pendek untuk dapat dibaca dalam sekali duduk. Cerpen bisa rampung dibaca sambil menunggu bis atau kereta-api, sambil antri karcis bioskop sampai didepan loket, atau sambil nongkrong di wc - na'udzubillahi min dzalik.
    2. Cerpen seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan unik
    Cerpen seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan unik. Sebuah cerpen yang baik punya ketunggalan pikiran dan action yang bisa dikembangkan lewat sebuah garis yang langsung dari awal sampai akhir. Dalam sebuah cerpen memang tak cukup tempat untuk garis-garis sampingan, atau peristiwa-peristiwa yang bunga rampai. Itu hak yang diberikan pada novel. Cerpen tidak kebagian hak yang seperti itu.
    3. Cerpen harus ketat dan padat. Cerpen harus tampak sungguhan. Cerpen harus memberi kesan yang tuntas
    Seorang cerpenis tidak usah iri hati pada novelis yang leluasa menghamburkan berjuta-juta detail, urai-uraian yang berkilometer panjangnya dan serba-neka kejadian dalam tulisannya. Cerpen harus berusaha mendapatkan setiap detail pada ruangan yang sekecil mungkin. Maksudnya tidak lain, agar pembaca mendapat kesan yang tunggal dari keseluruhan cerita.
    4. Cerpen harus tampak sungguhan
    Jadi, khayal, tapi seperti betul-betul terjadi. Memang tampak sungguhan adalah dasar dari semua seni mengisahkan cerita. Semua fiksi tidak boleh kentara hanya bikinan, meskipun semua orang tahu bahwa itu khayalan belaka. Semua tokoh ceritannya kelihatan seungguhan, berbicara dan berlaku seperti manusia yang betul-betul hidup.
    5. Cerpen harus memberi kesan yang tuntas
    Selesai membaca cerpen, si pembaca harus merasa bahwa cerita itu betul-betul rampung. Cerita itu memang berhenti pada suatu titik yang tidak bisa lain. Tidak boleh tidak cerita itu harus mandeg dan rampung pada titik itu saja. Jika ujung cerita masih terkatung-katung, pembaca akan merasa kecewa.
    Ini prinsip rumusan Edgar Allan Poe. Meskipun begitu, seperti Hemingway, banyak cerpenis masakini masa bodoh dengan prinsip itu. Mereka melanggarnya saja. Termasuk Edgar Allan Poe sendiri! Mereka merasa nikmat membiarkan akhir cerita tetap melambai-lambai ditiup angin. Barangkali karena mereka menggunakan teori, bahwa justru pembaca akan senang berteka-teki dengan kemungkinan-kemungkinan lain dari kesudahan cerita itu.

    Memang begini boleh disebut "nyeni". Namun pembaca umum biasanya tidak puas. Sebuah cerita harus berakhir dengan satu titik, bukan dengan setrip panjang.

    Resep Poe ini sebaliknya anda coba juga jika anda menulis cerpen lagi. Kalau sudah pernah mencoba, saya yakin anda akan merasa seperti seorang tukang jahit pakain yang diberi kain satu meter kali empat puluh senti untuk membuat celana kolor seorang bapak. Tidak boleh tidak anda terpaksa membuat celana yang ketat.

    Celana yang ketat sangat menyiksa dan lekas robek. Cerpen yang ketat justru sebaliknya.

    #ODOP
    #Day2
    #Bayarutang

      Komentar

      Posting Komentar

      Postingan populer dari blog ini

      CATATAN AKHIR MADRASAH

      Diposkan oleh NAJIB FACHRUDDIN THOHA Kita akan menjadi teman sampai menua dan pikun, lalu kita akan menjadi teman baru lagi. Terlantu-lantu kalimat itu terucap dari mulutku. Kita pernah bersama disini. Menjalani hari pernuh warnai-warni. Mungkin tak seindah pelanggi, namun kita pernah bermimpi. Wkwkwk, malah nyanyi aku. Emang lagu itu yang pas, coba deh dengerin. Tipe X-Kamu ngak sendirian. Disini kita mulai cerita, disini juga aku ingin kita menutup cerita. Selayaknya catatan akhir sekolah. Yah meskipun udah 6 tahun yang lalu, hahaha. Setidaknya masih ada coret-coret kata yang sedikit banyak bisa menggingatkan kita tentang seberkas memori silam. Catatan ini sama sekali tidak lengkap. Disisi suasana saat itu aku sendiri lagi nahan emosi yang mekuap-luap, karena kaliah telah mengguji kesabaranku sampai batas maksimum. Ditambah lagi tidak semua pungawa kita hadir dalam acara itu. Tapi aku yakin, waktu yang teramat sangat singkat itu telah mewakili sebagian besar dari apa yang a...

      PUISI MASA TRANSISI

      Diposkan oleh NAJIB FACHRUDDIN THOHA. Pernah mencicipi pahit manisnya kehidupan. Sejatinya semua itu hanya titipan tuhan, mungkin bisa juga pinjaman, dan pinjaman sudah pasti harus dikembalikan bukan? Kebahagiaan dan kesedihan itu hanyalah hiasan. Ketika bahagia itu datang aku bisa tersenyum, lantas jika bahagia itu hengkang apa masih ada kata riang? Tidak bisa mengikhlaskan? Berhenti tersenyum? Lantas ku kurung diriku dalam kesedihan? Ayo lah kawan. Ini bukan satu-satunya jawaban. Berikan satu saja alasan. Menggapa lantas aku tak bisa merelalakan? Kalau kenyataannya itu semua hanya titipan. Aku harus lapang. Angap saja sebagai masa kelam. Bukan sebagai penyesalan, bukan juga kekalahan. Jadikan batu loncatan, ini kemenanggan yang tertunda. Sesekali ku menenggok kebelakang. Kuambil pelajaran, dan tidak akan ku ulang untuk kedua kalinya. Kesalahan adalah awal langkah menuju pintu kesuksesan. BANGUNLAH BANGSAKU Bangunlah bangsaku, Bangunlah negeriku, Bangunlah dari tidur panjangmu,...

      Puisi : Hujan Kala Senja

       Diposkan oleh Najib Fachruddin Thoha Aku melangkah ke dipan. Bunga di pekarangan rumah tadi memanggilku. Memberi tahu, hujan sebentar lagi turun. Aku ragu, tapi senja membenarkan itu. Iya, siluetnya terlihat pudar. Samar oleh mendung yang mulai berdatangan. Terkesan singkat senja kala itu, serupa cintamu kemarin hari. Tak sepadan dengan cintaku yang sebanyak bulir air hujan nun berjatuhan. Banyuwangi, 26 Desember 2020